Review Film Babel (2006)

BABEL POSTER

Film ini bercerita tentang kebetulan, kejadian-kejadian yang secara tidak langsung saling berhubungan sebab-akibat. Kejadian demi kejadian tersebut dibungkus dalam 3 plot yang beda dengan latar yang berbeda pula, namun setiap plot ceritanya merupakan sebab/akibat dari plot lainnya. Setiap plot terjadi di Negara yang berbeda sehingga bisa dibayangkan bahwasanya setiap kejadian yang terjadi pada belahan bumi yang lain sebenarnya ada hubungannya dengan apa yang terjadi di belahan lainnya.

Semua kejadian itu berawal dari dua orang bocah yang iseng mencoba sebuah senjata laras panjang yang diberikan oleh ayahnya. Mereka adalah penduduk asli sebuah permukiman yang berada di perbukitan tandus di Maroko. Senjata diberikan kepada mereka itu untuk menembaki serigala yang mengintai kambing-kambing peliharaan mereka. Ketika itu ada sebuah bus yang berisi serombongan turis dari Amerika, melintasi perbukitan tempat mereka menggembala kambing. Duarrrr!! Iseng mereka menembakan senjata tersebut kearah bus.

Plot yang kedua bercerita tentang keluarga Amerika yang beranggotakan sepasang suami-istri, dua orang anak, dan seorang pembantu. Suatu hari sepasang suami istri ini memutuskan pergi berlibur kesuatu tempat yang menawarkan alam yang ‘tenang’, dengan meninggalkan kedua anaknya bersama pembantu ruamh tangga yang berasal dari Mexico. Oleh karena suatu sebab suami-isrti tersebut tidak bisa kembali tepat waktu sehingga pembantu harus lebih lama menjaga anak-anaknya. Sedangkan si pembantu harus menghadiri pesta pernikahan anak kandungnya di Mexico. Akhirnya ia memutuskan membawa kedua anak majikannya yang pada akhirnya menjadi perjalanan yang membahayakan nyawa mereka.

Sementara itu dibelahan bumi yang lain seorang gadis Jepang yang cantik namun bisu dan tuli, sedang asyik nongkrong dengan teman-temannya sesama tuna wicara+rungu. Gadis yang baru menyicipi kehidupan bebas ini akhirnya menemukan dirinya dalam kesedihan terkait dengan kematian ibunya. Terlebih karena polisi terus berupaya menemui ayah yang yang tinggal bersamanya dalam sebuah apartemen tinggi di Jepang. Ia menyangka polisi mencari ayahnya karena kasus kematian ibunya, tetapi yang sebenarnya mereka cari adalah keterangan tentang sebuah kepemilikan senjata laras panjang.

Yang menarik adalah dalam film ini secara eksplisit menunjukkan betapa paranoidnya orang Amerika terhadap orang asing, lingkungan yang tidak bersih, alam yang unsecure (menurut mereka), dan iklim yang uncomfort tanpa pengkondisian udara. Lucu memang mengingat Amerika dikenal sebagai negara adikuasa dengan kemajuan teknologi yang luar biasa, kenapa harus takut? Toh semuanya bisa diatasi, harusnya. Dan hey, what the hell… merekalah turisnya! Mereka yang dengan sengaja datang jauh-jauh untuk sekedar ‘menikmati’ alam yang berbeda dengan negeri mereka.

Dalam satu scene di sebuah kedai makan yang dihampiri para turis Amerika ini, Ms. Jones mengeluarkan pisau dan garpu makan miliknya dari dalam tas, sebegitu takutnya jikalau peralatan yang ada di kedai tersebut tidak bersih. Bahkan ketika kondisinya dalam keadaan darurat setelah tidak sengaja tertembak, Ms. Jones yang telah banyak kehilangan darah menolak lukanya dijahit karena melihat jarum yang digunakan hanya dibakar untuk mensterilkan. Saya tidak sedang mencoba memprovokasi kelompok, golongan atau siapapun, saya hanya mempertanyakan kenapa mareka yang memiliki teknologi mutakhir yang dianggap sebagai peradaban paling maju harus takut? Selain itu kalo takut dengan ancaman yang berasal dari luar, maka kenapa tidak mengunci diri dalam rumah? Tentunya dengan Air Conditioner bukan dengan debu-debu di perbukitan Maroko.